Dia... Lelakiku
Never mind, you're here anyway. Have some of my cookies, dear?

Selasa, 03 Maret 2009

Chapter 3 - Act #19




Kurasakan lengan kokoh itu menyusup, memelukku dari belakang. Dari ranjang besar, kulihat jendela yang masih tertutup gorden. Sinar matahari samar-samar membentuk siluet. Langit biru tak pernah bisa terlihat dari kost Tomi.
'Suatu hari nanti, aku berjanji, akan membangunkan istana untuk kita. Dari atas ranjang kita, kau akan bisa melihat langit yang baru. Dan aku, akan bisa melihat matahari menyinari wajahmu..' Kuremas jemari Tomi.

*


Kuhela napas. Rumah baru Reina memang sederhana. Dari kamar tamu yang kecil ini, melalui jendelanya aku bisa melihat pemandangan tepi pantai. Menyeretku kembali dalam nostalgia masa kecilku. Menyeretku kembali dalam genangan memori bersama Tomi.


Sedang apa kau sekarang?


*

'Jakarta?'
Tomi memalingkan wajahnya. 'Lalu..kita?' 'Tergantung padamu..' Dan saat itu, cinta seperti kehilangan kata-kata. Kehilangan makna. Seperti kopi pahit yang terlalu kental, sehingga berapapun sendok gula yang ditambahkan, si pahit tak akan berubah menjadi manis. 'Jangan menggantungkan keputusan padaku.' Tomi terperangah. Lalu menunduk. 'Kau..cinta padaku?'

*

Adakah penyesalan dalam cinta? Jika ada, masihkah perasaan itu bisa dilabeli sebagai cinta?
Aku sungguh tak mengerti. Dan mungkin tak akan pernah. Aku bangkit, dan duduk di tepi ranjang. Masih tak berniat keluar kamar. Kulirik jam di samping meja. Angka-angka digitalnya berkedip menunjukkan pukul sepuluh. Sudah siang. Tapi aku masih mengantuk. Insomnia itu begitu menyiksa....

*


Tomi masih diam.

Ah, memang benar. Cinta itu telah menguap pergi, hilang tanpa meninggalkan jejak.
Kopi itu bukan hanya pahit, tetapi juga telah mendingin. Kehilangan jejak bara panasnya...


'Aku tak keberatan mengenai masalah jarak..'
Kali ini, ia menengadah.
Matanya sayu menatapku. Lalu ia memelukku.

'Aku... lebih baik tak pergi..' bisiknya lirih.


Tanganku mengejang di udara. Tak sanggup membalas pelukannya.

'Karena aku?'

Kurasakan kepalanya bergerak mengangguk.
Jawaban yang salah..
Kudorong tubuhnya.
'Kau harus pergi.'

*

Adakah penyesalan dalam cinta..?
posted by Reis's at 22.25

0 Comments:

Posting Komentar

<< Home