Dia... Lelakiku
Never mind, you're here anyway. Have some of my cookies, dear?

Selasa, 03 Maret 2009

Act #18




Kutatap Reina. Lekat-lekat. Ah, ia cantik sekali. Matanya sedari tadi membulat, memancarkan binar-binar bahagia. Binar-binar yang kurindukan. Binar-binar yang tak pernah terlihat lagi 3 tahun terakhir ini...


Dalam balutan gaun putihnya yang sederhana, Reina mengingatkanku pada almarhumah mama. Sederhana dan klasik, tapi anggun dan memikat.

"Na...," bisikku samar, sebelum mengiringinya ke altar, "Kamu harus bahagia, ya.."

Ia menatapku. Lalu memelukku. Erat.
Aku mengusap punggungnya. Hari ini, adik kecilku itu akan menikah. Ma, Pa, kalian lihat tidak? Reina menikah hari ini...

Tapi, hari ini, bukannya waktunya bersedih. Hari ini waktunya bahagia. Kusimpan air mata sentimental ini.

"Ayo, Na.."

Diiringi langkahku, dan tatapan sanak-kerabat, teman-teman, dan pengantin pria, kami berjalan mendekati altar dan pastor.

Tatapanku menerawang, seiring pemberkatan yang dilakukan oleh pastor. Seiring sumpah setia kedua mempelai di depan altar..

Akankah ada hari ketika aku melakukan hal yang sama...?


Ketika kesetiaan dan komitmen menjadi pertanyaan, masih bisakah suatu hubungan berlanjut?
Ketika cinta dan nafsu sulit dibedakan, masih berartikah malam-malam yang intim?

Aku merasa gamang. Galau. Dan aku teringat lagi pada Tomi. Aroma perpisahan masih begitu lekat di mataku.

Akh..kuhalau semua sedih. Hari ini, aku harus turut berbahagia. Adikku satu-satunya menikah. Hari ini, bukan saatnya memainkan opera cengeng di dalam hati.

Reina menoleh padaku, usai pemberkatan dilakukan. Kuulas sebuah senyum.

Mulutnya menggumamkan sesuatu. Dan kali ini, aku mengangguk...

Bali, aku pulang menjengukmu...
posted by Reis's at 22.19

0 Comments:

Posting Komentar

<< Home