Dia... Lelakiku
Never mind, you're here anyway. Have some of my cookies, dear?

Rabu, 04 Februari 2009

Act #12





Tapi.. meski mataku tertutup rapat, telingaku masih bisa menangkap jelas suara-suaranya. Desahannya. Erangannya. Meski suaranya tak begitu jelas, tapi begitu terburu. Begitu menghentak. Begitu menderu, dan membuat jantungku berdegup demikian kencang.

Hidungku pelan-pelan menciumi bau kelelakiannya. Bau peluh yang bercampur dengan feromon. Meski samar, baunya begitu cepat memenuhi kamar kecil itu. Begitu memabukkan.

Lalu, ia mengerang. Panjang. Setelahnya, sepi. Hidungku membaui bau yang kukenal setiap kali nafsu itu membuncah di dadaku. Telingaku berusaha mencuri-curi dengar. Tapi tetap tak terdengar apa-apa. Nafsu itu, erangan itu, desah napas itu, hormon-hormon itu, semuanya seolah ikut lenyap ke dalam pekat malam.

Suara tisu. Sesekali. Suara celana.
.
.
.
Lalu kembali hening. Detik jam.
.
.
.
Aku terjaga. Tak bisa tidur. Tubuhku terasa panas sekali.
.
.
.
Aku bangkit. Beranjak ke kamar mandi.
posted by Reis's at 22.53

0 Comments:

Posting Komentar

<< Home