Dia... Lelakiku
Never mind, you're here anyway. Have some of my cookies, dear?

Rabu, 04 Februari 2009

Act #11




Aku tertegun sejenak begitu memasuki kamar Tomi. Jauh dari bayanganku akan kesan kumuh seperti yang ia ceritakan. Kamar itu cukup luas untuk dua orang. Rapi dan bersih. Sebuah televisi 15' terdiam di sudut ruangan, dilengkapi dengan DVD player ala kadarnya. Ranjang double-bed ditutupi sprei bersih dan selimut, lengkap dengan sepasang bantal-guling.

'Kenapa?' Tomi bertanya setelah sekian lama aku hanya berdiri mematung di depan pintu.
Aku tersentak lagi. 'Oh, ga koq.'
'Ga seperti harapanmu?' ia tersenyum.
'Ga juga. Rapi, koq. Nyaman.'
'Ya udah, bentar ya, aku ke kamar mandi dulu,' sahutnya sambil menyalakan televisi, 'Kamu nonton aja dulu.'

Aku duduk di tepi ranjang Tomi, tak berani lebih jauh lagi. Takut membuat kusut ranjang besar itu.
Televisi sedang menayangkan acara lawak malam. Sudah lama aku tak pernah menontoni kotak berwarna itu.

'Lho, koq duduknya di pinggir begitu?' Tomi sudah kembali dari kamar mandi rupanya.
'Eh, gak apa-apa koq..'
'Ayo, jangan malu-malu, sini, bareng aku..' ia mengajakku beranjak ke ujung yang satunya lagi.
Aku bangkit, dan menuju sampingnya.
'Sini, dipeluk..'
Aku menurut saja. Masih polos. Entah suara televisi yang cukup besar, entah pikiranku yang terfokus pada acara TV, entah memang diriku yang terlampau polos, tak kudengar nafasnya yang memburu. Tak kuperhatikan tatapan matanya yang begitu sarat...nafsu....

Detik terus berlalu..
.
.
.
'Rei..?'
Aku menoleh. Menatapnya sejenak. Masih belum mengerti sesuatu yang tidak beres.
Dia diam saja. Lalu menunduk, menciumi dahiku. Lalu beranjak ke bibirku.............
Aku mencoba mengelak.
'Tom..'
Dia mulai menggerayangi tubuhku.
Jantungku berdebar tak karuan.
Paru-paruku rasanya sesak.

'Jangan, Tom...' aku mengelak lagi. Aku bangkit, menuju kamar mandi. Lalu membasuh mukaku berkali-kali.

Saat aku kembali, ia sudah berdiri tegak.
'Rei... Kamu...marah?'
Aku menggeleng. 'Aku pulang saja, Tom. Maaf.'
'Rei.. apa yang salah? Aku ga pantas untukmu?'
Aku menggeleng lagi. 'Entahlah. Aku tak bisa yang begituan tadi.'
Ia menghela napas. 'Ya sudah. Kamu jangan pulang, ya? AKu janji, ga akan terjadi apa-apa.'
'Yakin? Kamu yakin?'
'Swear!' Ia mengacungkan kedua jarinya.

*

Tengah malam, aku terbangun. Mungkin karena suasana baru. Mungkin karena aku belum terbiasa. Mungkin karena suara-suara yang kudengar.

Kubuka mataku sedikit. Tomi di samping. Suara-suara itu, suara desah napasnya. Ia bertelanjang dada. Ia..bugil. Dan sedang melakukan sesuatu dengan kejantanannya. Aku terkesiap.

Kupenjamkan mataku erat-erat lagi.
posted by Reis's at 22.46

0 Comments:

Posting Komentar

<< Home