Dia... Lelakiku
Never mind, you're here anyway. Have some of my cookies, dear?

Rabu, 04 Februari 2009

Act #3





Sejam lamanya kami saling bertukar cerita. Dalam ruangan yang dingin. Dalam gelas-gelas anggur.
Aku pun menjadi tahu, bahwa ia adalah eksekutif muda dari Jakarta. Ia bertemu kekasihnya lima tahun yang lalu. Empat tahun kebersamaan yang baginya terasa amat singkat. Amat pilu. Dan kematian yang memisahkan mereka seolah juga mengambil semua kenangan manis yang pernah membuatnya tersenyum. Kenangan manis yang ia ingin coba temui kembali melalui gelas-gelas alkohol. Meski semu. Meski tak berarti. Hanya itulah tiket menuju kenangan dan nostalgia.

"Jangan minum lagi, Her.." Ia sudah mabuk. Dan hatiku betulan trenyuh.
Ia tertawa hampa. Lalu merenggutku dalam pelukannya. Menciumiku dengan kasar. Bau alkohol begitu terasa. Begitu membuat mual. Tapi ia klien.

Lalu
terjadilah
.
.
.
Dua tubuh bugil saling bertindihan. Debar jantung dan desah napas melekat bagaikan bersenyawa. Kejantanannya yang mekar dan merah memompakan seluruh nafsunya ke dalam diriku. Aku terkesiap. Aku mengerang. Lalu ia membekap mulutku dengan bibirnya. Lidahnya menjelajahi kulitku. Membuatku menggelinjang. Membuatku lupa. Membuatku orgasme..

Usai hormon-hormon mereda, usai orgasme mereda, yang ada hanya rasa sakit. Aku menarik napas banyak-banyak. Kuat-kuat. Ia sudah terlelap. Entah pulas atau tidak, aku tak tahu. Bagaimana bisa ia tidur dengan nyenyak bersama dengan beban yang demikian berat?

Aku mengusap punggungnya. Rambutnya. Kucium keningnya.
Kutinggalkan saat pertamaku di sini, untukmu.. bisikku. Semoga kau menemukan pengganti dirinya. Berbahagialah..

Aku bangkit dari ranjang. Mencuci diriku di bawah kucuran shower. Dan beranjak pergi diam-diam.
posted by Reis's at 07.38

0 Comments:

Posting Komentar

<< Home